Provinciya.net – Jajak pendapat yang dilakukan Danny JA dari Lembaga Penelitian Indonesia (LSI) baru-baru ini menemukan bahwa dukungan kuat terhadap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai calon presiden (Kapres) didominasi pemilih muda.
Survei terhadap 1.200 responden di Indonesia menemukan bahwa 37,6 persen yang mendukung Prabowo sebagai calon presiden jika pemilihan presiden (pilpres) 2024 digelar hari ini adalah dari kelompok usia 40-49 tahun, atau biasa disebut dengan generasi. X.
Sementara Gubernur Jawa Barat Gyanjar Pranowo mendapat dukungan 27,8 persen, sedangkan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hanya mendapat 18,8 persen.
Survei ini juga menunjukkan pendukung Prabowo juga lebih banyak dari generasi milenial. Di antara mereka yang berusia 30-39 tahun, ia mendapat dukungan 33,2 persen, dan di antara mereka yang berusia di bawah 30 tahun, 30,9 persen.
Namun, dukungan Prabowo lebih sedikit dibandingkan Ganjari di kelompok usia yang lebih tua. Dimana Ganjar mendapat dukungan hingga 38,3 persen, sedangkan Prabowo mendapat 33 persen dan Anies hanya 17,9 persen.
Di sisi lain, LSI Denny JA juga menemukan elektabilitas Prabowo mencapai 33,9 persen pada Mei 2023, disusul Ganjar 31,9 persen, dan Anies 20,8 persen.
Dalam pemaparan surveinya, Aji Alfarabi, peneliti LSI Danny JA mengatakan ada empat alasan mengapa Ketua Umum Partai Gerindra itu unggul dalam jajak pendapat.
Pertama, Prabowo dipandang sebagai pemimpin yang kuat dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
Menurut Aji, masyarakat saat ini sangat membutuhkan pemimpin yang tangguh setelah tiga tahun dilanda pandemi COVID-19 yang berdampak buruk pada sektor ekonomi.
Alasan kedua adalah perubahan dukungan sebelumnya untuk Gyanjar Pranovo. Survei menunjukkan terjadi penurunan elektabilitas gubernur Jawa Tengah karena berbagai isu yang berkembang.
Lebih lanjut, Prabowo dinilai mampu menjalankan pemerintahan mengingat posisinya saat ini sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Alasan terakhir yang membuat Prabowo Subianto menonjol adalah karena ia dianggap sebagai tokoh sentral yang dapat dianut oleh berbagai spektrum politik.